Menangani Politik Perubahan dan Perubahan Politik (Bahagian 1)
Dakwah dan Misi Perubahan
Dialah yang telah mengutuskan dalam kalangan orang-orang (Arab) yang Ummiyyin, seorang Rasul (Nabi Muhammad s.a.w) dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajarkan mereka Kitab Allah (Al-Quran) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum syarak) dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata. (al jumu’ah:2)
Misi nabawi yang kita warisi terungkap dalam 3 T – tilawat (al-ayat), tazkiyat (al-nafs) dan ta’lim (al-kitab wa al-hikmah).
Ungkapan di hujung ayat….dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata – adalah isyarat perubahan radikal iaitu dakwah transformatif.
Perjuangan 3 T menghasilkan transformasi kemanusiaan – perubahan bermakna, pembebasan daripada kesesatan dan pencerahan daripada kebingungan (taghyiriy-tahririy-tanwiriy).
Itulah teras perjuangan para anbiya’ dan mursalin sepanjang zaman.
Agen Perubahan
Kita tampil sebagai agent of change dengan komitmen suatu generasi. Kian perubahan yang diungkapkan dengan kata seperti change, reformasi, transformasi menjadi aspirasi masakini.
Krisis dan Perubahan (Dalam kesempitan selalu ada kesempatan)
Krisis politik-sosial-ekonomi ternyata mengandungi hikmah sebagai katalis perubahan. Krisis ekonomi Mesir membuka jalan kepada kebijaksanaan Nabi Yusuf a.s. Krisis kemanusiaan akibat regim teror Fir’aun memunculkan Nabi Musa a.s. dengan agenda perubahan nasib. Krisis keselamatan akibat teror ya’juj dan ma’juj mencetus model perubahan Dhu’l-Qarnayn.
Dakwah harus tajam daya renung, tepat analisis dan bijak manfaatkan saat strategik sejarah bagi menepati dakwah bi’l hikmah dan dakwah ’ala basirah:-
Katakanlah (wahai Muhammad): “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang menurutku, menyeru manusia umumnya kepada ugama Allah dengan berdasarkan keterangan dan bukti yang jelas nyata. Dan aku menegaskan: Maha suci Allah (dari segala iktiqad dan perbuatan syirik); dan bukanlah aku dari golongan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.” (Yusuf:108)
Seorang ahli dakwah – da’i, perlu memahami segala maqasid segenap bidang – 'aqa'idnya, hukum-hakamnya dan adab-adabnya. Dakwah ’ala basirah bermakna ia perlu kenali realiti zaman, masyarakat zamannya, medan gelanggangnya dan pendekatan terbaik.
Para da’i perlu faham hakikat agama, realiti zaman dan suazana lingkungan. Perubahan (taghayyur) harus sentiasa diperhati dan diperhitungkan.
-----------------------------------------------------------
Bahagian pertama catatan intisari daripada Amanat Pimpinan WADAH
Dato’ Dr Siddiq Fadil
Muktamar Nasional Ketiga Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH)
No comments:
Post a Comment